Beranda | Artikel
Cara Bersabar Terhadap Gangguan Orang
2 hari lalu

Bersama Pemateri :
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr

Cara Bersabar Terhadap Gangguan Orang adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 26 Rabiul Awal 1446 H / 30 September 2024 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Cara Bersabar Terhadap Gangguan Orang

Kemudian, salah seorang berkata, “Demi Allah, ini adalah pembagian yang tidak adil. Pembagian yang tidak diinginkan dengannya wajah Allah.” Maka Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah, saya akan mengabarkan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Belum sempat melanjutkan, beliau mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengabarkan apa yang dikatakan lelaki tersebut. Wajah Rasulullah pun berubah menjadi sangat merah, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang akan berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil?”

Beliau juga menambahkan, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa. Beliau disakiti lebih parah dari ini, namun beliau bersabar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika beliau dituduh oleh orang-orang yang berbuat dusta, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala membebaskannya dari tuduhan tersebut. Pada saat itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Jika engkau tidak bersalah, maka Allah akan membebaskanmu. Namun jika engkau berbuat dosa, mintalah ampun kepada Allah dan bertaubatlah.”

Kemudian Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, aku tidak mendapati contoh selain perkataan ayah Nabi Yusuf: ‘Sungguh bersabar itu lebih baik bagiku, dan hanya kepada Allah aku memohon pertolongan atas apa yang kalian ucapkan.’” (QS. Yusuf [12]: 18).

Setelah itu, Allah menurunkan ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian sendiri…” (QS. An-Nur [24]: 11) hingga sepuluh ayat berikutnya. (Muttafaq ‘alaih).

Ini adalah contoh dari jenis kesabaran, yaitu bersabar atas gangguan manusia. Allah Ta’ala berfirman:

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

“Bersabarlah atas apa yang mereka ucapkan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya” (QS. Qaf [50]: 39).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

“Sungguh, telah didustakan rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka bersabar atas kedustaan tersebut. Mereka disakiti sampai datang pertolongan Kami. Tidak ada yang dapat mengubah ketetapan-ketetapan Allah. Dan sungguh, telah datang kepadamu berita rasul-rasul terdahulu” (QS. Al-An’am [6]: 34).

Juga dalam firman Allah Ta’ala:

وَجَاءُوا عَلَىٰ قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ ۚ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ

“Saudara-saudaranya datang membawa baju Nabi Yusuf yang berlumuran darah palsu. Nabi Ya’qub berkata, ‘Justru diri kalian telah membuat sesuatu yang tampak indah di mata kalian. Maka kesabaran yang baik adalah lebih baik bagiku, dan hanya kepada Allah aku memohon pertolongan atas apa yang kalian ceritakan.`” (QS. Yusuf [12]: 18).

Ayat-ayat yang semakna dengan di atas sangat banyak. Kita juga memahami bahwa manusia tidak mungkin selamat dari gangguan orang lain dalam kehidupan ini karena manusia berbeda-beda, baik dari segi akhlak, tabiat, maupun cara mereka bergaul. Oleh karena itu, seorang muslim seyogianya selalu bersabar agar mendapatkan pahala yang besar dari Allah.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 المؤمنُ الذي يخالطُ الناسَ ويصبرُ على أذاهم أعظمُ أجرًا من الذي لا يخالِطُهم ولا يصبرُ على أذاهم

“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya dibandingkan dengan seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (HR. Ibnu Majah).

Para ulama telah menyebutkan kiat-kiat agar seseorang dapat bersabar atas gangguan manusia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan penjelasan yang sangat bermanfaat dalam membantu seseorang bersabar atas gangguan manusia. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa menolong seseorang untuk bersabar.

Pertama, ia membayangkan dan menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah pencipta perbuatan manusia, gerak-gerik mereka, diam mereka, dan keinginan-keinginan mereka. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Allah kehendaki tidak mungkin terjadi. Maka, tidak ada yang bergerak di alam ini, baik di atas maupun di bawah, sekecil apa pun, kecuali dengan izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Segala makhluk digerakkan oleh-Nya. Hendaklah seseorang memperhatikan kepada Allah yang menjadikan orang-orang menguasai dirinya, dan jangan memikirkan perbuatan mereka terhadapnya. Dengan demikian, ia akan merasa lebih tenang, jauh dari kesedihan dan kegalauan.

Kedua, seseorang yang disakiti hendaknya kembali merenungkan dosa-dosanya, dan menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mungkin menguasakan orang lain atas dirinya disebabkan oleh dosa-dosanya. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syura [42]: 30).

Apabila seorang hamba menyadari bahwa segala sesuatu yang tidak ia sukai terjadi karena dosa-dosanya, maka ia akan segera bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosa tersebut yang menyebabkan dirinya dikuasai oleh orang lain. Ia akan mencela dirinya sendiri. Sebaliknya, jika seseorang yang diganggu oleh orang lain tidak kembali kepada dirinya, tidak mencela dirinya, dan tidak beristigfar, maka ketahuilah bahwa itulah musibah yang sebenarnya.

Namun, apabila ia bertaubat, beristigfar, dan mengakui bahwa hal tersebut terjadi karena dosa-dosanya, maka musibah tersebut akan menjadi nikmat baginya. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala anhu yang sangat indah: “Janganlah seorang berharap kecuali kepada Tuhannya dan janganlah ia takut kecuali atas dosa-dosanya.” Juga diriwayatkan dari beliau dan selainnya: “Tidaklah musibah turun kecuali karena dosa, dan tidaklah diangkat kecuali dengan bertaubat.”

Ketiga, seseorang yang disakiti hendaknya mengingat pahala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang yang memaafkan dan bersabar. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan keburukan adalah keburukan yang setimpal. Tetapi barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim” (QS. Asy-Syura [42]: 40).

Manusia terbagi menjadi tiga golongan ketika menghadapi gangguan orang lain. Pertama, orang yang dzalim, yang mengambil lebih dari haknya. Kedua, orang yang berada di pertengahan, yang mengambil sesuai dengan haknya. Ketiga, orang yang berbuat baik, yang memaafkan dan meninggalkan haknya.

Dalam ayat tersebut, disebutkan tiga kelompok manusia. Yang pertama adalah yang pertengahan, yang kedua adalah orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, dan yang terakhir adalah yang dzalim.

Juga seseorang hendaknya mengingat, pada hari kiamat nanti, akan diseru, “Hendaklah berdiri orang yang pahalanya datang dari Allah,” dan yang akan berdiri hanyalah orang-orang yang memaafkan dan berbuat baik.

Apabila seseorang yang disakit membayangkan bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala karena membalas dendam, maka akan lebih mudah baginya untuk bersabar dan memaafkan.

Keempat, seorang yang disakiti hendaklah membayangkan dan merenungi bahwa jika ia memaafkan dan berbuat baik, maka hatinya akan bersih dari kecurangan, kedengkian, keinginan membalas dendam, serta niat untuk berbuat buruk. Sebaliknya, ia akan merasakan manisnya memaafkan, yang lebih nikmat baik di dunia maupun di akhirat daripada membalas dendam.

Ia pun akan masuk dalam golongan orang yang Allah cintai, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

…إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah [2]: 195).

Maka, ia akan menjadi hamba yang dicintai oleh Allah. Keadaannya bagaikan seseorang yang kehilangan satu dirham, tetapi Allah menggantinya dengan ribuan dinar. Tentunya, ia akan berbahagia dengan apa yang Allah berikan kepadanya, dengan kebahagiaan yang sangat besar.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Penawar Pahitnya Musibah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54534-cara-bersabar-terhadap-gangguan-orang/